Kuliah ke-2
MENJADIKAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN BEST PRACTICE DALAM BENTUK BUKU
Kulian menulis
dan menerbitkan buku PB. PGRI hari kedua Rabu, 3 Juni 2020 diawali ucapan salam
dari Om Jay. Dengan menghadirkan nara sumber hebat ibu Hati Nurahayu dari Bandung, moderator ibu
Fatimah dari Aceh. Pada dasarnya penyusunan PTK menurut Bu Hati untuk kenaikan
pangkat dan pada umumnya dilakukan oleh PNS. Gampang-gampang susah dalam
menyusun PTK jika belum mengetahui langkah-langkahnya.
Langkah awal
menyusn PTK dimulai dari latar nelakang permasalahan yang diangkat menjadi
sebuah PTK. Bagian dari PTK yang berwujud artikel ini dapat dijadikan nilai
angka kredit bila dimuat dalam sebuah jurnal yang sesuai dengan ketentuan, juga
yang terpenting adalah bagaimana menjadikan sebuah PTK menjadi buku. Namun
penerbit tidaklah begitu saja dalam menerima hasil PTK untuk dengan mudah
dijadikan buku, perlu proses, waktu edit juga fashion PTK agar tepat
dijadikan buku. Bagaimanakah sebuah PTK dapat dijadikan
menjadi sebuah buku?
Nara sumber
membagikan 2 versi tentang proses menjadikan sebuah PTK menjadi sebuah buku.
Penulis memberikan contoh buku tentang “Menulis Penelitian TIndakan Kelas” yang
telah dilengkapi dengan contoh proposal dan berisi PTK yang sudah diseminarkan ditingkat
nasional disusun oleh Hati Nurahayu dan Maulid. Setelah memberikan contoh menulis
PTK yang terdiri dari dari 9 bagian, penulis memberikan trik mengubah PTK, Best
Practice menjadi buku dengan judul “Implementasi Media Kartu Kuartet dalam
Pembelajaran Sistem Rangka untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas
VIII SMP Plus Al-Amanah” yang terdiri dari 5 bab. Terdiri dari pendahuluan,
kajian pustaka, pelaksanaan penelitian, hasil dan pembahasan serta kesimpulan
dan saran.
Dari judul PTK
di atas penulis menyusun 2 versi untuk menjadikan PTK tersebut dalam bentuk
buku. Jenis versi 1 judul bukunya “Penerapan Media Kartu Kuartet dalam
Pembelajaran Sistem Rangka yang terdiri dari 8 bagian yakni bagian pembuka, tentang
pembelajaran, tentang media, media kartu kuartet, sistem rangka, kartu kuartet
dan sistem rangka, penerapan dan pembelajaran serta penutup. Dan pada versi 2
dari PTK tersebut dijadikan sebuah buku dengan judul “Mari Menulis Penelitian
Tindakan Kelas”, yang terdiri dari 4 bagian yaitu bagian pembuka, PTK itu apa?,
sistematika penulisan PTK, dan contoh PTK penulis. Dibagian lain naras umber juga memberikan
contoh-contoh PTK yang telah dapat dijadikan sebuah buku misalnya Menulis Penelitian
Tindakan Kelas oleh Sutiyah, S.Pd.,M.Kes.,MM., Pembelajaran Berbasis Multimedia
Interaktif dan Inovasi Pembelajaran Media Cermin Pelepah Sawit oleh Rusti
Lumban Gaol, S.Pd., M.Pd., Media Pembelajaran KORIBEL (kertas, origami dan label)
oleh Yuli Endang Susilawati dan Melejitkan Ketrampilan Menulis Siswa oleh
Wijaya Kusumah, M.Pd.
Berbagai pertanyaan
muncul seperti yang dilontarkan oleh M.H. Pahdi dari Banjarmasin tentang jumlah
anggota yang boleh menyusun buku, intinya ditekankan penyusunannya sebanyak 2
orang. Ada juga yang menanyakan rahasia menjadi editor handal sehingga hasil
karyanya senang dibaca orang. Tanggapan beliau itu semua karena sering membaca buku best
seller bagaimana mendesign tata letak PTK yang akan dijadikan buku agar
senang dibaca orang, disamping juga banyak membaca buku yang relevan dan butuh klik
disaat mengembangkan konten PTK. Pertanyaan muncul dari bapak Supriyanto,
bagian-bagian yang mana dari batang tubuh PTK yang dibuang dan bagian-bagian
mana yang ditambah agar dapat menjadi sebuah buku. Penulis menyampaikan yang
dibuang pada pendahuluan dan kata-kata PTK, sedangkan yang ditambah pada
kata-kata kunci seperti, media, pembelajarannya atau aktifitas belajar. Ada yang
menanyakan pula tentang bagian-bagian yang ditonjolkan seperti pembahasan dan
daftar pustaka pada PTK yang akan dijadikan sebuah buku, bagaimana juga tentang
grafik-grafik yang ada pada PTK. Disarankan oleh penulis tentu saja bisa
mencantumkan grafik-grafik karena sebagai bukti PTK tersebut sudah
diimplemntasikan, namun perlu ditambah dengan materi PTK., seperti contoh yang
telah disampaikan pada versi 2. Pertanyaan muncul dari ibu Santi dari Jayapura
tentang jumlah PTK yang dapat dijadikan sebuah buku serta best practice apakah dapat
juga dijadikan sebuah buku. Nara sumber memberikan argumen jika disesuaikan
dengan versi 1 cukup dengan satu PTK, tetapi jika disesuaikan dengan versi 2
boleh lebih dari 1 contoh-contoh PTK. Ditambahkan pula best practice sangat
bisa dijadikan buku sesuai dengan kemampuan penulis untuk mengembangkannya. Diminta
penjelasan juga dari peserta jika pada tahapan siklus terjadi penurunan hasil, apakah
penelitian akan diulang lagi? Nara sumber menjelaskan penelitian yang dilakukan
harus fokus, jangan banyak variabel, adakan refleksi kembali agar tidak ada
kesalahan dalam melaksanakan penelitian. Pertanyaan muncul juga dari ibu Mahayu
dari Bali tentang keefektifan sebuah teori yang akan dijadikan PTK. Tentu
disarankan agar teori itu disesuaikan dengan judul PTK yang akan dibahas, jangan
terlalu melebar sesuikan dengan kata kunci pada judul PTK. Acap kali PTK tidak
mendapat nilai dalam penilaian dupak, serta perbedaan antara PTK dengan best
Practice. Nara sumber menjelaskan penyusunan PTK harus disesuaikan dengan
kaidah-kaidah yang berlaku. PTK tersebut memenuhi tahapan siklus sedangkan best
practice itu adalah pengalaman terbaik di kelas. Ditambahkan pula jika PTK
dapat dijadikan best practice namun best practice belum bisa
dijadikan PTK.
Ditengah-tengah perbincangan
menunggu jedah peserta bertanya Om Jay juga menambahkan dan memberikan
penekanan tentang isi materi yang telah disampaikn oleh nara sumber. Pada akhir
sesi pertanyaan ditekankan kembali oleh ibu Hati Nurahayu bahwa penyusunan PTK
yang akan dijadikan buku disarankan menyesuaikan dengan versi-versi yang telah
diberikan dan dikembangkan sesuai kemampuan penulis dengan tetap berpedoman
pada kata-kata kunci pada judul PTK dan rajin membaca literatur sehingga jumlah
minimal 70 halaman buku dapat tercapai.
joss
BalasHapusMohon selalu arahannya Om Jay, juga bimbingannya
BalasHapus