Resume Ngobrol Santai
GURU V LEONA MESSI
Resume NGOBROL
SANTAI Bersama Indra Charismiadji
Senin, 18 Mei 2020
Pertama kali
menjadi moderator dalam kegiatan webinar PGRI Provinsi Bali yang digagas oleh
Bapak Eka Nuryada yang penuh inspiratif, dengan dedikasi tinggi menyikapi
perkembangan informasi yang viral di dunia maya tentang kualitas guru yang dilontarkan
oleh pengamat pendidikan, praktisi pendidikan, sekaligus tokoh pendidikan.
Pendapat beliau tentang guru di Indonesia yang viral disalah-satu media sosial
mendapat tanggapan yang beragam dari netizen. Untuk mengupas kebenaran,
maksud dan tujuan berita tersebut , pada tanggal 18 Mei 2020 PGRI Provinsi Bali
yang mengundang Bapak Indra Charismiadji hadir dalam acara NGOBROL SANTAI mulai
disimak oleh para peserta webinar pada pukul 14.00 dengan host Endra
Kuswara, moderator I Nengah Suradnya.
Bapak Indra
Charismiadji lahir di kota Bandung, 9 Maret 1976, menjabat sebagai direktur
utama PT. Enduspec Indonesia yang juga beroperasi diberbagai negara
seperti Malaysia, Pilipina, Vietnam dan Tiongkok. Satu moto yang sering
disampaikan adalah “idealisme dan jiwa mendidik adalah kunci utama mencetak SDM”.
Hidup dikeluarga pendidik beberapa konsep Pendidikan dicetuskan diantaranya
konsep e-sabak (sistem aplikasi berbasis aktif dan kreatif). Pembukaan
awal oleh host dengan ucapan selamat datang di pulau Dewata, berjumpa kembali
dengan guru-guru di provinsi Bali, dan ucapan terimakasih atas kesediaan bisa
memenuhi undangan. Dilanjutkan dengan penyampaian dari moderator dengan
memperkenalkan dan membacakan curriculum vitae. Beliau seorang tokoh
Pendidikan yang telah lama mengenyam Pendidikan di luar negeri dari The University
of Toledo negara bagian Ohio, Amerika Serikat dengan gelar ganda dibidang
pemasaran dan keuangan jenjang S1, melanjutkan di Dana University Ottawa
Lake negara bagian Michigan Amerika Serikat. Dan bekerja diberbagai
perusahaan terkemuka tingkat dunia yaitu perusahaan Merril Lyuch, Omnicare dan Dana Corporation.
Karena kepedulian beliau terhadap kondisi pendididkan di Indonesia maka pada
tahun 2002 kembali ke negara yang dicintai. Mulailah berkiprah dan
berkontribusi untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia yang menurut beliau masih
tertinggal dengan negara-negara lain dengan memperkenalkan CALL (computer
assisted language learning).
Pernyataan
kotroversial yang menyatakan “bagaimana bisa maju Pendidikan kalua guru di
Indonesia antikritik, maunya gaji besar tetapi kualitasnya rendah”. Kontan
pernyataan tersebut mendapat respon dari berbagai pihak menurut versi
masing-masing. Untuk mengcooling down keadaan dan untuk mengetahui
maksud sebenarnya pernyataan yang dilontarkan maka guru-guru di pulau dewata
diberikan ruang untuk mengikuti acara ngobrol santai Bersama bapak Indra
Charismiadji. Sesuai namanya kegiatan berlangsung santai, penuh dengan canda
gurau sedikitpun tidak ada kondisi yang mencekam apalagi pembicaraan yang keras dan tidak beretika.
Candaan yang
humoris membuat suasana tambah adem, berbagai pertanyaan muncul dari
teman-teman guru, kurang lebih ada 12 pertanyaan. Diantaranya tentang kesiapan
anak menghadapi abad-21, tentang korelasi antara kompetensi siswa yang tamat
dengan dunia kerja yang ada, cara menghadapi kondisi seperti sekarang ini, agar
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, literasi yang sulit berkembang,
kesesuaian standar kemdikbud dengan kenyataan di lapangan, lemahnya kompetensi
guru yang tidak ada hubungannya dengan sertifikasi, sulitnya guru untuk
berkolaborasi, dan berbagai pertanyaan lainnya. Semua pertanyaan dijawab dengan
lugas, singkat dan padat dan dikaitkan dengan perkembangan dunia Pendidikan di
negara kita, diantaranya seorang pendidik dihindari memiliki sikap komplasen
hanya menganggap baik-baik saja, bagus-bagus saja, pendidikan diharapkan
meadopsi ajaran Ki Hajar Dewantara, mampu menyiapkan peserta didik bukan saja di era sekarang
tetapi dijaman yang akan datang, terutama menyiapkan generasi bukan 4.0 lagi tapi
sudah menuju 5.0. Hal yang lain ditekankan oleh narasumber adalah bukan pada
siswa belajar apa, tapi bagaimana anak belajar, meningkatkan pelayanan kepada
siswa, selalu ingin belajar berbasis IT dan meningkatkan kompetensi. Satu hal
yang perlu dicatat dari kebijakan pendidikan Ibarat Guru dengan Leona Messi, dimana
guru diberikan tunjangan dulu baru meningkatkan kompetensi, sedangkan Leona messi
kualitas yang utama dari kualitas tersebut dihargai sesuai dengan kemampuannya.
Pertanyaan dan jawaban disampaikan
dengan santun, beretika dan penuh dengan inspiratif. Semua perbincangan berjalan dengan lancar
keadaan menjadi akrab saat bapak Eka Nuryada koordinator penyelenggara
diberikan waktu untuk menyampaikan pesan dan kesannya dengan memanggil bli
{kakak} kepada Bapak Indra.
Tidak terasa
perbincangan telah berjalan 2 jam, closing statement dari Bapak Indra
Charismiadji dengan ucapan terimakasih dan rasa salut kepada teman-teman guru
karena telah diberikan ruang dan kesempatan untuk menjelaskan duduk persoalan
yang sebenarnya karena pada prinsipnya tidak ada maksud untuk merendahkan
derajat dan martabat guru, namun sesungguhnya sebagai bentuk kepedulian kepada
guru-guru untuk terus mengasah kemampuan atau kompetensi ditengah persaingan
abad-21 demi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik dengan
bantuan berbagai teknologi yang ada sehingga dapat mencapai kualitas kehidupan
menuju kesejahteraan hidup. Learning to know, learning to do, learning to
be dan learning life together.
Salam Blogger Nusantara
I Nengah Suradnya
Komentar
Posting Komentar