Writing Process V Business Process
Penulis
Berhati Baja, Penerbit Berhati Mulia
Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, belajarlah
dari kegagalan jangan pernah menyerah jika kegagalan tiba. Tetap bangkit, tetap
berdiri, jadilah penulis yang tangguh berhati cahaya. Ibarat perahu yang sedang
berlayar tentu pantang kembali ke Pelabuhan, terus berjalan menuju tujuan
karena tidak ada nahkoda yang ulung yang tidak pernah mengdapai ombak yang
ganas. Itulah kisah yang pernah ditulis oleh Wijayah Kusumah, M.Pd. biasa
dipanggil Om Jay guru blogger dan youtuber pada buku Catatan
Harian Seorang Blogger saat buku beliau ditolak oleh penerbit mayor. Sungguh tepatlah
pada pertemuan kuliah online hari-16 telah hadir narasumber Bapak Edi S.
Mulyanta dari penerbit Andi akan berbagi tentang seluk beluk menulis dan
menerbitkan buku.
Dunia penerbitan saat ini, menghadapi sesuatu
permasalahan, akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya. Dunia
penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme.
Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan (profit)
atau ujung-ujung nya duit. Outlet utama, bisnis penerbitan buku adalah
toko buku, yang menjadi soko guru dari bisnis penerbit, sehingga ketergantungan
ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas. Pandemi ini betul-betul
meluluh lantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya terdampak, akan tetapi
dunia penerbitan menjadi salah satu yang terdampak cukup signifikan. Pada bulan
Januari 20 Februari 2020 omzet toko buku masih sangat normal, dan tidak
ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga.
Setelah pak Jokowi mengumumkan masuknya Corona di
Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai, dan membesar
dengan deret multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini
kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi lima,
mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi paling rendah yaitu satu.
Dan terkadang harus memarkirkan bisnis untuk sementara waktu, sambil melihat
keadaan. Dengan berlakunya PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar di beberapa daerah ada yang mnyebut dengan PKM
(Pembatasan Kegiatan Masyarakat), dengan otomatis toko buku andalan penerbit
yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti
sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan
penurunan omzet terjun bebas berkisar 80-90%. Outlet yang tertutup,
menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya
kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi
penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di toko
buku.
Setelah 3 bulan parkir di Pitstop, tampaknya
secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu, setelah beberpa
daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani untuk bergerak.
Di bulan Juni-Juli, dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku
telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka 80% di seluruh Indonesia, berakibat
bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal.
Rebound yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan
apakah melaju kembali ataukah menunggu terlebih dahulu keadaan menjadi lebih
pasti. Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir
terhenti dua bulan hingga tiga bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi.
Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk
memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan normal. Sementara, penerbit jika
tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk.
Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat dikembangkan saat
keadaan chaos seperti ini.
Identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat
keadaan chaos seperti ini. Beruntung tema-tema yang up to date
mengenai virus corona, telah ditebar ke penulis-penulis, sehingga dengan cepat
mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus. Kesiapan
penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan
tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan
mudah. Penerbit mempunyai database penulis yang telah filekan,
sehingga dengan cepat bisa mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di
bidang ini. Dan dengan cepat kita meramu materi, kemudian launch, dan
beruntung mendapatkan sambutan yang baik dari para penulis. Buku-buku
pendidikan, juga tetap pertahankan produksinya, karena yakin buku ini tidak
lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku dikonsentrasikan ke buku
pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.
Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat
ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Alat-alat produksi diparkirkan seperti mesin-mesin
hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang
menggerakkannya terkurangi jam kerjanya
walaupun tidak begitu drastis. Banyak hikmah yang didapat kali ini, di sisi
penulis, harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang mungkin tidak
diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian materi,
eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian
tertentu. Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu
berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang
dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi
makna yang sampai ke pembacanya. Media WA yang dikelola Om Jay, merupakan
latihan yang luar biasa bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian dalam
mengungkapan apa yang dipikirkan, ke dalam tulisan yang dibaca, diinterpretasi
oleh pembaca. Semua perlu proses, latihan, dan kemauan, sehingga komunitas
belajar menulis seperti ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang
yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu
perulangan secara rekursif (looping) berkali-kali sehingga akan
semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam tulisan. Bakat hanya 1%,
sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang
sangat bagus untuk mulai menulis, karena di dalam blog tidak ada penolakan
kejam seperti penerbit menolak tulisan yang ditawarkan penulis.
Penerbit akan selalau melihat sisi ekonomi dalam setiap
tulisan penulis, sehingga kemurnian keputusannya di dasarkan oleh bisnis
semata. Sehingga terkadang tulisan yang luar biasa, tidak terlihat oleh
penerbit yang hanya berorientasi business processnya saja, bukan writing
processnya. Dengan sudut pandang ini, perlu berempati kepada
penerbit yang merupakan penjual komoditas tulisan. Empati yang harus
dilakukan adalah mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema
yang diterbitkan oleh penerbit, intip juga buku-buku best sellernya yang
biasanya dipampang di toko buku di rak Best Seller. Perlu diketahui
rahasia ini, bahwa tidak ada buku best seller by design. Atau
dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing.
Dalam melakukan perencanaan matang, untuk membuat buku yang best seller, perlu memilih tema yang luar biasa berbobot,
penulis yang cukup disegani pernah menang penghargaan di dunia
internasional dipush dipasaran
dengan luar biasa, akan tetapi hasilnya cukup mengecewakan. Laskar Pelangi saat
awal terbit, penulis tidak menyangka akan meledak padahal di awal pemasarannya,
sungguh mengecewakan dan meledak karena kekuatan word of mouth, alias
dari mulut-kemulut dari komunitas satu
ke komunitas lain. Di trigger
dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah,
terjadilah ledakan viral menjadikan buku tersebut best seller,
tidak ada desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller.
Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib
sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat dikatakan
pejuang literasi yang puritan seperti Om Jay ini dapat memberikan angin segar
untuk tumbuhnya penulis-penulis baru. Yang tangguh dan tidak cengeng dengan
penolakan penerbit, akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang
khas. Punya karakter sendiri dan tentunya di tunggu kehadirannya oleh pembaca
dan penerbit. Penulis dapat mulai tulisan dengan tema yang disukai dan
betul-betul dikuasai. Tulis dengan terstruktur, dan muat di blog pribadi dan
sebarkan di lingkungan teman. Jika sudah percaya diri, buatlah proposal ke
penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit.
Penerbit akan melihat tema, judul utama, outline tulisan, pesaing buku
dengan tema yang sama dan positioning buku (harga, usia pembaca, gender,
pendidikan, dll). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis,
dipromosikan dengan gaya khas supaya
penerbit tertarik dengan tulisan yang disajikan.
Penerbit bukan maha tahu melainkan penerbit di dasarkan
pada data historis penjualan. Jadi penerbit itu tidak selalu benar atau trial
and error. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan
penulis-penulis perintis dengan tema yang berlum terekam di datanya. Sehingga
proposal sangat perlu diberi perhatian,
untuk menyadarkan penerbit akan tema yang diangkat dalam tulisan. Tulislah
rencana penulisan dengan target market yang dituju, syukur-syukur ditawarkan
rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era
normal, kedepan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk
media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.
Media-media selain buku akan semakin banyak menghiasi dunia pendidikan.
Persiapkan hal ini dengan baik, karena akan membutuhkan keahlian yang berbeda
dengan sebelumnya.
Para penulis
diharapkan selalu mendokumentasikan pencarian keilmuannya, dengan
dokumentasi yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu yang disampaikan
dan bahkan mengembangkannya dikemudian hari. Ilmu yang disampaikan kepada
pembaca akan menjadi Immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan
selalu dikenang menjadikan legacy kegenerasi selanjutnya. Dokumentasi dalam bentuk buku dapat dikirim ke
Perpustakaan Nasional bagian dari deposit penulis, yang dilindungi oleh
undang-undang. Generasi di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak
langkah dokumentasi dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.
Sebulan penerbit Andi menerima naskah 150-300 judul, biasanya dipilih
hanya 10-15 persen dari naskah masuk untuk bisa terbit. Pembiayaan ada di
penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya apapun. Modul pembelajaran bisa
dikrim, dengan syarat sesuai dengan kurikulum dengan royalty sebesar 10%
dari harga jual, yang akan dibayarkan setiap 6 bulan. Penulis mendapatkan
sampel enam eksemplar. Kedepan penerbit
akan membuat apps untuk menuliskan proposal sehingga penulis dapat menuliskan lewat gadget
perencanaan penulisan, sehingga dapat ditampung proposal yang sangat banyak
setiap bulannya. Kanal e-book akan dibuka produksinya melalui Google
Play/Google Books sehingga tingkat penerimaan naskah akan semakin besar
dengan outlet ebook.
Penerbit merespon Proposal yang diterima saja, untuk yang
tidak diterima, tidak direspon dead line waktu tiga bulan. Ke depan
dengan menggunakan apps, dialog bisa terjadi sehingga memungkinkan untuk
mengubah alur proposal sehingga bisa lanjut ke proses penulisan. Dengan adanya kanal
e-book tingkat terbitnya akan semakin besar. Promosi dilakukan oleh
pihak penerbit, penulis diminta membantu untuk mempromosikan. Saat ini promosi
dapat dilakukan dengan webinar-webinar yang dikomandani oleh penerbit. Penerbit
juga menyediakan sarana aplikasi Zoom
hingga 300 peserta, bisa dipergunakan secara maksimal bagi penulis yang
berkenan menggunakannya untuk promosi. Penerbit menggunakan standar Unesco paper
size 16 x 23 cm, jumlah halaman 125-200, namun sejak tahun 2018 menggunakan
ukuran minimal A5. Tingkat penolakan
proposal sangat tinggi, nyaris mendekati 85% hal ini berkaitan dengan
penyelesaian proposal terdahulu yang secara historis tidak berhasil menjadi
buku. Hal ini mendorong penerbit membuat apps proposal untuk memantau
perkembangan tulisan penulis. Penulisan bisa terjadwal menulis karena dalam
kurun waktu tiga semester penulis diharapkan bisa menyelesaikan bukunya, jika
melewatu deadline tiga semester, otomatis akan gugur proposalnya. Proposal
ini memberikan kesempatan untuk berlatih mengikuti prosedur penulisan yang
benar, sehingga dengan mengikuti alur proposal, penulis dapat dengan mudah
nantinya dalam membuat sendiri alur bukunya. Apabila penulis sudah jadi bukunya,
penerbit akan lebih mudah mereviu.
Semoga penulis bisa menampilkan tulisannya di google
play dan terjual secara daring. Dunia tulis menulis tidak akan mati, terus
berkarya bagaimanapun keadaannya, karena di luar sana masih banyak pembaca yang
menginginkan relung keinginan tahuannya hasil tulisan dari para penulis hebat. Penerbit
akan mencoba menjembataninya semampunya ditengah perubahan jaman yang luar biasa.
Bio Data Narsum
Bapak Edi S. Mulyanta
Direktur Operasional Penerbit, www.andipublisher.com.
blog https://www.sobatambyar.com. Tinggal
di Yogyakarta, Magister Information Technology di UGM Yogyakarta,
memiliki hobi Trial Biker, film favorit The Act of Killling, penggemar
nonton tayangan TV Discovery. Buku yang telah diterbitkan Rumah Kaca,
Nyonyo-Buku Anak, Jejak Langkah, This Eart of Man Kind dll. Hp. 0811-2936-864.
Untuk Kegiatan keluarga tidak pernah terlupakan pula.
Salam Blogger Nusantara
I Nengah Suradnya
Wow. Mantap...
BalasHapusSangat menginspirasi dan memotivasi buruk tetap berkarya dan Tetap mengutamakan.. Kwalitas.
Matur Suksema banget Pak Nengah.
Inggh skm mewali bu Tiwi..
BalasHapusResume yang bagus ... semangat ...
BalasHapusTerima kasih infonya melalui resume ini, Pak.
BalasHapusSama2 ibu Tere jg tmn2 yg tlh commnt...mks
BalasHapusKeren pak...
BalasHapusBahasanya enak untuk dibaca 👍👍🙏